Cari Blog Ini

All Children Can Learn

Selasa, 12 Februari 2013

Menengok Perayaan Meron, Tradisi Rakyat Yang Melegenda


Sukolilo, (25/1). Perayaan meron adalah sebuah tradisi lokal masyarakat desa sukolilo, yang masih cukup apik terjaga, Hingga saat ini. Perayaan yang berawal dari tradisi Sekaten, di surakarta ini, sangat kentara dengan budaya Islam. Hal ini dikarenakan, meron merupakan tradisi yang bertujuan, untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Kelompok Ilmiah remaja SMPN 1 Sukolilo, sebagai salah satu pengembangan diri intelektual dan pemerhati budaya, kemarin tergerak untuk mengikuti acara tersebut. Kegiatan itu, diawali dengan melakukan interview, kebeberapa tokoh masyarakat dan perangkat desa, sehari sebelumnya. Setelah mendapat cukup informasi, tentang tradisi meron. KIR SMPN 1 Sukolilo, mendapat kesempatan  untuk mengikuti rombongan perangkat desa, dalam melakukan iring-iringan meron. Mereka mengikuti rombongan meron bapak Hartono, salah satu Bayan. Bapak Hartono sengaja mengajak kami, karena ingn mengajarkan tentang pentingnya tradisi meron kepada kami generasi muda.
            “Budaya lokal, khususnya meron itu sarat dengan nilai moral, jadi sudah menjadi tugas generasi muda untuk melestarikannya. Pasti kalian tidak inginkan, meron ini jadi punah?” jelas bapak Hartono, kepada anak-anak KIR.
Iring-iringan meron bapak Hartono, dimulai dengan menggotong gunungan meron yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu; mustaka atau kepala, gunungan, dan ancak. KIR dan para pengiring, start dari rumah bapak Hartono di dukuh lebak kulon pukul 13.00 WIB, dan berjalan kaki menuju tempat yang telah disediakan panitia, yaitu tepat didepan pasar. Selanjutnya, ketiga tingkatan meron itu kemudian disusun tegak, dan dijaga oleh beberapa pengiring, sebelum akhirnya diperebutkan oleh warga. Total ada 12 gunungan meron yang terpasang disepanjang jalan desa sukolilo, hal ini dikarenakan ada 12 perangkat desa, yang masing-masingnya membuat satu buah.
Disamping meron yang menjadi daya tarik masyarakat, ada juga hiburan rakyat, yang sengaja dipentaskan oleh masyarakat, seperti barongan, leang leong, drumband, dan karnaval . Semuanya dipentaskan sambil jalan, beriringan menuju halaman masjid.
Namun sangat disayangkan, acara yang sedianya berlangsung khidmat itu, sempat ricuh, dikarenakan ada beberapa pemuda yang bertengkar, karena hal sepele. Tapi, berkat TNI dan Kepolisian dari koramil dan polsek sukolilo, sigap melerai dan membubarkan kericuhan tersebut. “Setiap ada meron seperti ini, kami memang harus kerja ekstra untuk mengawasi. Kalau lengah sedikit, ya seperti itu, akan rusuh,” terang pak Kusmanto, salah satu aparat TNI yang berjaga.
            Acara perayaan meron, berlanjut di halaman masjid. Yang merupakan acara puncak, dengan urut-urutan pembukaan dan sambutan, oleh panitia serta Bapak H.Haryanto selaku bupati Pati. Setelah itu, pembacaan riwayat Meron oleh sesepuh desa, Bapak Ali Zuhdi, dan ditutup dengan do’a.
            Setelah pembacaan do’a, keriuhan masyarakat semakin padat di halaman masjid. Hal itu dikarenakan, mereka berebut mendapatkan nasi tumpeng, dan ampyang serta ubo rampe meron lainnya, yang oleh masyarakat sekitar, dipercaya akan bisa mendatangkan rejeki dan berkah dari Allah SWT.

            Tepat pukul 14.30, acara meron berakhir. Anggota KIR SMPN 1 Sukolilo, membubarkan diri kembali kerumah masing-masing. Beberapa diantaranya ada yang sengaja berjalan-jalan,  untuk sekedar membeli souvenir yang banyak dijual. “Kami sangat senang bisa ikut perayaan meron tahun ini, jadi bisa tahu banyak tentang pentingnya meron” kata wildan, salah seorang anggota KIR. (Panjisa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VIVA NEWS

Popular Posts