Sukolilo,
(25/1). Perayaan meron adalah sebuah tradisi lokal masyarakat desa sukolilo,
yang masih cukup apik terjaga, Hingga saat ini. Perayaan yang berawal dari
tradisi Sekaten, di surakarta ini, sangat kentara dengan budaya Islam. Hal ini
dikarenakan, meron merupakan tradisi yang bertujuan, untuk memperingati Maulid
Nabi Muhammad SAW.
Kelompok
Ilmiah remaja SMPN 1 Sukolilo, sebagai salah satu pengembangan diri intelektual
dan pemerhati budaya, kemarin tergerak untuk mengikuti acara tersebut. Kegiatan
itu, diawali dengan melakukan interview,
kebeberapa tokoh masyarakat dan perangkat desa, sehari sebelumnya. Setelah
mendapat cukup informasi, tentang tradisi meron. KIR SMPN 1 Sukolilo, mendapat
kesempatan untuk mengikuti rombongan
perangkat desa, dalam melakukan iring-iringan meron. Mereka mengikuti rombongan
meron bapak Hartono, salah satu Bayan.
Bapak Hartono sengaja mengajak kami, karena ingn mengajarkan tentang pentingnya
tradisi meron kepada kami generasi muda.
“Budaya lokal, khususnya meron itu
sarat dengan nilai moral, jadi sudah menjadi tugas generasi muda untuk
melestarikannya. Pasti kalian tidak inginkan, meron ini jadi punah?” jelas
bapak Hartono, kepada anak-anak KIR.
Iring-iringan
meron bapak Hartono, dimulai dengan menggotong gunungan meron yang terdiri dari
tiga tingkatan, yaitu; mustaka atau kepala, gunungan, dan ancak. KIR dan para pengiring, start
dari rumah bapak Hartono di dukuh lebak kulon pukul 13.00 WIB, dan berjalan
kaki menuju tempat yang telah disediakan panitia, yaitu tepat didepan pasar.
Selanjutnya, ketiga tingkatan meron itu kemudian disusun tegak, dan dijaga oleh
beberapa pengiring, sebelum akhirnya diperebutkan oleh warga. Total ada 12
gunungan meron yang terpasang disepanjang jalan desa sukolilo, hal ini
dikarenakan ada 12 perangkat desa, yang masing-masingnya membuat satu buah.
Disamping
meron yang menjadi daya tarik masyarakat, ada juga hiburan rakyat, yang sengaja
dipentaskan oleh masyarakat, seperti barongan, leang leong, drumband, dan
karnaval . Semuanya dipentaskan sambil jalan, beriringan menuju halaman masjid.
Namun
sangat disayangkan, acara yang sedianya berlangsung khidmat itu, sempat ricuh,
dikarenakan ada beberapa pemuda yang bertengkar, karena hal sepele. Tapi,
berkat TNI dan Kepolisian dari koramil dan polsek sukolilo, sigap melerai dan
membubarkan kericuhan tersebut. “Setiap ada meron seperti ini, kami memang
harus kerja ekstra untuk mengawasi. Kalau lengah sedikit, ya seperti itu, akan
rusuh,” terang pak Kusmanto, salah satu aparat TNI yang berjaga.
Acara perayaan meron, berlanjut di
halaman masjid. Yang merupakan acara puncak, dengan urut-urutan pembukaan dan
sambutan, oleh panitia serta Bapak H.Haryanto selaku bupati Pati. Setelah itu,
pembacaan riwayat Meron oleh sesepuh desa, Bapak Ali Zuhdi, dan ditutup dengan
do’a.
Setelah pembacaan do’a, keriuhan
masyarakat semakin padat di halaman masjid. Hal itu dikarenakan, mereka berebut
mendapatkan nasi tumpeng, dan ampyang serta ubo rampe meron lainnya, yang oleh
masyarakat sekitar, dipercaya akan bisa mendatangkan rejeki dan berkah dari
Allah SWT.
Tepat pukul 14.30, acara meron
berakhir. Anggota KIR SMPN 1 Sukolilo, membubarkan diri kembali kerumah masing-masing.
Beberapa diantaranya ada yang sengaja berjalan-jalan, untuk sekedar membeli souvenir yang banyak
dijual. “Kami sangat senang bisa ikut perayaan meron tahun ini, jadi bisa tahu
banyak tentang pentingnya meron” kata wildan, salah seorang anggota KIR. (Panjisa)