Di pagi yang tampak cerah itu, Beny tergesa-gesa dalam menyiapkan
peralatan sekolah yang akan dibawanya. Ia bangun tidur langsung mandi dan ganti
pakaian, padahal hari ini ada aktifitas bersih-bersih sekolah dan pembagian
raport, ia malah tidak bawa alat kebersihan sama sekali. Ia terlalu semangat
karena raportnya akan dibagikan. Sampai-sampai tidak sempat sarapan dan juga
tak meminta doa ibunya. Padahal ibunya dirumah sedang memasak
Sepeda onthel itu digoesnya dengan penuh semangat, tanpa menyadari
beberapa bulir keringat menetes dipelipis matanya. Degup jatungnya semakin
keras menghentak bersamaan dengan rasa lelah dan bunyi kerontang di perutnya,
yang terasa amat sangat perih karena lupa tidak sarapan tadi. Namun Beny tak
lantas loyo, sesampainya disekolahan, ia masuk kekelas dengan perasaan pede,
dan dada yang membusung, sehingga tampak sosok beny yang semakin sombong,
sombong karena merasa bahwa ialah satu-satunya murid yang paling pintar
dikelasnya. Tak sudi ia membalas sapaan teman-temanya yang memang sengaja ingin
ngobrol dengannya dipagi itu..tanpa banyak omongan, langsung saja ia duduk di kursi
kebesarannya disudut kiri kelas, tepat didepan meja guru.
Lima belas menit berlalu, hingga bel sekolah berteriak lantang
membunyikan suaranya. “teng...teng...teng” suara itu menandakan akan dimulainya
pelajaran. Tampak dikejauhan, anak-anak kelas sembilan yang sering nongkrong
diwarung depan sekolah, berlarian menuju pintu gerbang, berharap masih ada
kesempatan untuk masuk tanpa harus diberi sanksi keterlambatan oleh mas untung,
sang penjaga gerbang dan sekuriti di sekolahku.
Selang beberapa saat, ketika murid-murid tengah duduk rapi dimejanya
masing-masing, terdengar suara pak arba’ mengumumkan ke seluruh murid agar
berkumpul dilapangan upacara, dengan membawa alat kebersihan, “anak-anak, pagi ini
pelajaran ditiadakan, karena ada kerja bakti bersama. Semua anak kelas 7,8, dan
9 diharap berkumpul dilapangan, jangan lupa bawa juga alat kebersihannya” suara
dari balik loadspeaker yang terpasang lumayan jauh itu, sontak mendapat
sambutan riuh dari seluruh kelas...teriakan kegembiraan dari mulut murid-murid
itu tak bisa terbendung, karena mereka tidak perlu capek-capek belajar...
“asyiiiiiiiiiiiik............horeeeeeeeeeeeeeeeeeeee”teriak murid-murid
bersamaan
Semua teman sekelas Beny, segera bergegas kumpul dilapangan, kecuali
Beny dan Desi.”hi ben, kenapa kamu tidak mengambil alat kebersihanmu?” tanya
desi, “emang kenapa, ada masalah buatmu...! aku gak bawa, emangnya napa? mau
kamu laporin biar aku dihukum...Ha!!!” jawab beny dengan lantang dan ketus.
Tapi desi tidak marah, dia membalas dengan senyuman kecil dibibirnya yang imut
itu.”bukan gitu ben, kalau kamu tidak bawa kan nanti bisa dihukum, aku gak mau
temanku dihukum”. “kalau yang dihukum aku, kenapa kamu yang jadi ribut sih. Apa
masalahmu ngrusi urusanku, Dasar anak bau kencur”,jawabnya menyakitkan hati.
Desipun baru ingat kalau dilemari ada serbet kaca, “eh ben, di lemari
ada serbet kaca. Kamu bawa saja! Aku mau kelapangan dulu ya...!!”. setelah desi
pergi, beny langsung mengambil serbet itu dan segera bergegas ke lapangan.
Pengumuman berakhir, pak arba segera membubarkan anak-anak agar segera
melaksanakan tugasnya. Ternyata ada bersih-bersih, dan kelas 8A, kelasnya Beny
mendapat bagian membersihkan taman depan dan laboratorium multimedia. Sementara
teman-teman beny sibuk bekerja, ia malah duduk-duduk cuma melihat mereka yang
sedang bersih-bersih. Melihat kelakuan beny, mmbuat Roby, temanya itu jadi
jengkel, “he ben, kenapa kamu duduk-duduk sementara kami capek bersih-beraih.
Ikut bersih-bersih dong...!”pinta roby dengan sedikit sewot. “ach, males. aku
lagi lelah, kalian aja sendiri”jawab beny. Roby marah dan bicara sambil kesal,
“kenapa kamu sich ben, temen-temen juga lelah, tapi kamu malah enak-enakan
duduk..kulaporkan ke pak Bagus, wali kelas kita biar raportmu gak dibagiin
ntar, biar kamu tau rasa”. “iiiiya iya, aku ikut bersih-bersih, tapi awas kamu
laporin”,balasnya. Akhirnya beny ikut bersih-bersih bersama teman-temannya. Bersih-bersih
selesai, dan pak bagus datang menyuruh anak-anak kelas 8A untuk masuk kelas.
“ayo anak-anak,segera cuci tangan dan kaki kalian, lantas ke kelas. Bapak akan
membagikan raport”,kata pak bagus, “iyaaaa pak” jawab serentak anak kelas 8A.
Tanpa dikomando untuk kedua kalinya, semua anak sudah duduk rapi
didalam kelas, sambil menunggu pak Bagus, keluar dari kantor sembari membawa
raport mereka. Beny berbincang-bincang dengan desi dan roby yang juga teman
sebangkunya. “ gimana ya hasil raportku, moga-moga aja baik,” ujar robi.
“amiiin”,jawab desi. “ih..gitu aja takut..lihat dong aku, pasti nanti aku yang
dapat rangking satu, iya kan desi?”,kata robi dengan sombongnya.
“ya..ya..percaya, kamu kan pinter”,jawab desi. Tiba-tiba pak bagus datang
dengan membawa setumpuk raport ditangannya. Pak bagus segera mengumumkan
peringkat kelas. “sekarang bapak akan bacakan 10 peringkat besar terbaik,
peringkat 10 sampai 6, urutannya adalah; mala,sony,hendri,eka,dan peringkat ke
enam adalah robi”,jelas pak bagus..sontak pengumuman itu membuat anak yang
disebut namanya bertepuk tangan, dan ada yang mengucap alhamdulillah tanda bersyukur.
Kemudian pengumuman dilanjutkan lagi, “sudah cukup tepuk tangannya, sekarang
bapak bacakan peringkat 5 sampai 1, tolong diperhatikan”jawab pak bagus...”iya
pak”sahut murid-murid kompak. “peringkat 5 sonia, peringkat 4 beny”, ketika
nama beny diucapkan, tampak hanya segelintir orang saja yang bertepuk tangan
tanda senang, termasuk desi. Kemudian, pengumuman yang mendpat peringkat 1-3 diminta
maju kdepan untuk mendapat ucapan selamat dan hadiah dari pak bagus. “selamat
buat silfia, peringkat 3, hery peringkat 2, dan yang peringkat 1 adalah Desi”
lanjut pak bagus..tepuk tangan terdengar sangat keras, seluruh ruangan kelas 8A
menjadi riuh ramai dengan kegembiraan semua murid, kecuali beny.
Beny akhirnya pulang dengan membawa setumpuk kekecewaan dihatinya.
Padahal dulu ia sangat rajin dan semangat dalam belajar, ia bisa memanage waktunya
dengan baik, dia juga rendah hati dan suka menolong jika temannya kesusahan,
sehingga semester yang lalu ia bisa mendapat rangking satu, tapi setelah ia mendapat
rangking satu, ia menjadi sombong. Bahkan sampai-sampai ia merasa, walaupun
tanpa belajar, ia psati akan tetap pinter. Ternyata anggapan itu keliru.
Setajam-tajamnya pisau, jika terus dipakai tanpa diasah, akhirnya juga akan
tumpul, begitu kata pepatah mengatakannya. Kelalaian beny, menyebabkan ia bisa
dikalahkan oleh desi. Sementara beny lengah, desi terus berusaha dan terus
belajar, ia juga termotivasi dari keberhasilan beny disemester lalu. Ia
menganggap jika beny bisa rangking satu, maka desi juga harus bisa. Akhirnya
waktu yang telah membuktikan. Sekarang ia mendapat hasil yang memuaskan, tapi
ini tidak membuatnya besar kepala.
Sesampainya beny dirumah, ia sedih dan menangis dipangkuan ibunya,
sembari sesenggukan ia berkata” bu, aku cuma dapat rangking 4, aku minta maaf
sudah mengecewakan ibu”. “iya, tapi kamu harus rajin seperti dulu lagi, jangan
malas dan sombong. Anggap ini sebagai pelajaran yang amat berharga buat kamu
nak” jelas ibu. “iya bu aku menyesal”akhirnya beny menyadari kesalahannya itu.
(oleh:
Agung VIII-A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar