Cari Blog Ini

All Children Can Learn

Senin, 15 Juli 2013

KARYA KITA

Karya kita

Batu Baterai dari Kulit Pisang, mungkin gak sich ?????

Pertanyaan itu banyak terdengar ditelinga anak-anak Kelompok Ilmiah Remaja SMPN 1 Sukolilo, ketika ide untuk memanfaatkan kulit pisang menjadi pengganti batu baterai muncul. Suatu ide yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang-orang dewasa dilingkungan kita.
Niat memanfaatkan kulit pisang sebagai energi alternatif itu, bermula ketika salah seorang anggota KIR yang melihat banyaknya kulit pisang yang terbuang percuma hingga menjadi limbah. Disamping itu, kebiasaan masyarakat desa sukolilo yang notabene didaerah pegunungan, masih sering menggunakan batu baterai sebagai energi pengganti listrik PLN, semisal untuk radio dan jam dinding, ataupun mainan anak-anak. Harga batu baterai yang mahal, membuat inisiatif pemanfaatan energi alternatif menjadi mutlak diperlukan, tentunya yang murah dan efisien.
Setelah beberapa waktu melakukan survei dan pengumpulan referensi dari internet dan membaca buku, para anggota KIR mendapati adanya kesamaan unsur kimiawi yang dimiliki oleh kulit pisang dan unsur kimiawi batu baterai, yaitu kalium
Dengan kesamaan unsur tersebut, kemudian para anggota KIR mencoba melakukan percobaan untuk mengganti unsur kalium pada batu baterai baru, dengan kulit pisang jenis pisang susu yang masih hijau atau agak mentah.  Terhitung sudah tujuh kali percobaan itu mengalami kegagalan, namun dengan trial and error, para anggota KIR tidak patah semangat.
Percobaan itu diawali dengan mengumpulkan bahan –bahan yang dibutuhkan, yaitu;
·         batu baterai bekas berbagai merk
·         kulit pisang susu yang telah matang dan masih mentah atau berwarna hijau
·         kabel
·         lampu dop kecil
·         serta alat-alat tambahan seperti; cutter, gunting, jam dinding, isolasi, dan solder.
Pada percobaan pertama, mereka mengalami kegagalan ketika menggunakan kulit pisang yang berwarna kuning/ telah matang. Kulit pisang yang dipotong dadu berukuran 0,5 cm itu kesulitan masuk ke dalam chasing atau wadah baterai yang sebelumnya karbon yang ada didalamnya dikeluarkan dahulu. Karena ukuran kulit pisangnga yang terlalu besar , sehingga kurang efisien.
Percobaan kedua, kulit pisang dipotong lebih kecil, dan ketika dicoba, ternyata belum mampu memberikan efek listrik pada baterai. Hal ini karena kulit pisang memiliki kadar air yang masih sangat tinggi.
Percobaan-percobaan selanjutnya terus mengalami kegagalan, karena berbagai hal. Hingga akhirnya mereka melakukan percobaan kedelapan.
Pada percobaan kedelapan, kulit pisang diganti dengan yang masih muda atau berwarna hijau, dipotong dadu kecil dan agak kering.  Setelah dicoba, ternyata mampu menimbulkan energi listrik ketika dicoba pada bola lampu berdaya 2 volt.
Keberhasilan itu sontak membuat semua anggota KIR bersorak gembira, beberapa diantaranya bertepuk tangan. Hal itu membuat ruang kelas IXA yang dijadikan tempat percobaan menjadi riuh ramai.
Pada percobaan itu, baterai dengan bahan pengganti kulit pisang itu mampu bertahan selama +16 menit ketika digunakan untuk menyalakan lampu, dan bertahan + 2 jam 20 menit pada saat dipasang di jam dinding.
                Setelah menyelesaikan percobaan tersebut, mereka lanjutkan dengan menyelesaikan penyusunan proposal karya ilmiah remaja bidang teknologi rekayasa, sesuai dengan jenis percobaan yang selesai dikerjakan.
(Panjisa, penulis adalah pembina KIR SMPN 1 Sukolilo, dan aktif sebagai trainer dalam Elmadani Training Center Pati, email: lambang_negoro@rocketmail.com)


1 komentar:

VIVA NEWS

Popular Posts