Karya kita
Batu Baterai dari Kulit Pisang, mungkin gak sich ?????
Pertanyaan itu banyak terdengar
ditelinga anak-anak Kelompok Ilmiah Remaja SMPN 1 Sukolilo, ketika ide untuk
memanfaatkan kulit pisang menjadi pengganti batu baterai muncul. Suatu ide yang
mungkin tidak terpikirkan oleh orang-orang dewasa dilingkungan kita.
Niat memanfaatkan kulit pisang sebagai
energi alternatif itu, bermula ketika salah seorang anggota KIR yang melihat
banyaknya kulit pisang yang terbuang percuma hingga menjadi limbah. Disamping
itu, kebiasaan masyarakat desa sukolilo yang notabene didaerah pegunungan,
masih sering menggunakan batu baterai sebagai energi pengganti listrik PLN,
semisal untuk radio dan jam dinding, ataupun mainan anak-anak. Harga batu
baterai yang mahal, membuat inisiatif pemanfaatan energi alternatif menjadi
mutlak diperlukan, tentunya yang murah dan efisien.
Setelah beberapa waktu melakukan survei dan pengumpulan
referensi dari internet dan membaca buku, para anggota KIR mendapati adanya
kesamaan unsur kimiawi yang dimiliki oleh kulit pisang dan unsur kimiawi batu
baterai, yaitu kalium
Dengan kesamaan unsur tersebut,
kemudian para anggota KIR mencoba melakukan percobaan untuk mengganti unsur kalium pada batu baterai baru, dengan
kulit pisang jenis pisang susu yang masih hijau atau agak mentah. Terhitung sudah tujuh kali percobaan itu
mengalami kegagalan, namun dengan trial
and error, para anggota KIR tidak patah semangat.
Percobaan itu diawali dengan mengumpulkan bahan –bahan
yang dibutuhkan, yaitu;
·
batu baterai bekas berbagai merk
·
kulit pisang susu yang telah
matang dan masih mentah atau berwarna hijau
·
kabel
·
lampu dop kecil
·
serta alat-alat tambahan seperti; cutter, gunting, jam dinding, isolasi,
dan solder.
Pada percobaan pertama, mereka
mengalami kegagalan ketika menggunakan kulit pisang yang berwarna kuning/ telah
matang. Kulit pisang yang dipotong dadu berukuran 0,5 cm itu kesulitan masuk ke
dalam chasing atau wadah baterai yang
sebelumnya karbon yang ada didalamnya dikeluarkan dahulu. Karena ukuran kulit
pisangnga yang terlalu besar , sehingga kurang efisien.
Percobaan kedua, kulit pisang dipotong
lebih kecil, dan ketika dicoba, ternyata belum mampu memberikan efek listrik
pada baterai. Hal ini karena kulit pisang memiliki kadar air yang masih sangat
tinggi.
Percobaan-percobaan selanjutnya terus mengalami
kegagalan, karena berbagai hal. Hingga akhirnya mereka melakukan percobaan
kedelapan.
Pada percobaan kedelapan, kulit pisang
diganti dengan yang masih muda atau berwarna hijau, dipotong dadu kecil dan agak
kering. Setelah dicoba, ternyata mampu
menimbulkan energi listrik ketika dicoba pada bola lampu berdaya 2 volt.
Keberhasilan itu sontak membuat semua
anggota KIR bersorak gembira, beberapa diantaranya bertepuk tangan. Hal itu
membuat ruang kelas IXA yang dijadikan tempat percobaan menjadi riuh ramai.
Pada percobaan itu, baterai dengan bahan pengganti kulit
pisang itu mampu bertahan selama +16 menit ketika digunakan untuk
menyalakan lampu, dan bertahan + 2 jam 20 menit pada saat dipasang di
jam dinding.
Setelah
menyelesaikan percobaan tersebut, mereka lanjutkan dengan menyelesaikan
penyusunan proposal karya ilmiah remaja bidang teknologi rekayasa, sesuai
dengan jenis percobaan yang selesai dikerjakan.
(Panjisa, penulis adalah pembina KIR
SMPN 1 Sukolilo, dan aktif sebagai trainer dalam Elmadani Training Center Pati,
email: lambang_negoro@rocketmail.com)
pokoknya berdoa yang terbaik buat ESSAKO.. Good Luck!!
BalasHapus